
“Tok…tok…tok..” suara mainan tradisional sederhana yang didorong Kakek Juhra (78) terdengar dari jarak 50 meteran. Langkah pelan kakek renta berbadan kurus diiringi bunyi khas mainan itu, memang membuat kenangan masa lalu terlihat nyata di pelupuk mata.
BantenTribun.id- Langkah pelan Kakek Juhra, warga Kampung Salawe Desa Salawi Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang ini, terus menyusuri sisi jalan protocol Ciekek. Suara deru mesin kendaraan dari padatnya arus lalu lintas, seakan bersaing dengan suara dari mainan tradisional yang dijajakannya.
Suara bising kendaraan bagi kakek dengan 5 anak ini, rupanya tidak dihiraukan. Ia tetap berjalan pelan dengan memanggul sekitar 30 pcs mainan tradisional itu. Tetap bersaing dengan gempuran mainan modern produk import.
Meski kalah keras, namun bunyi mainan itu tetap khas. Mainan otok-otok, atau ada juga yang menyebutnya dengan klotokan, mungkin sudah terpinggirkan alias langka.
“Abah dari Kampung Salawe. Mainan ini abah jual sepuluh ribu. Dari Cipeucang abah naik angkot,” kata Kakek Juhra kepada Banten Tribun dalam logat Bahasa Sunda, selasa 1 Desember 2020.
“Kalau laku semua, Abah dapat uangnya dua ratus ribu-an,” imbuhnya.
Kakek Juhra mengaku hampir setiap hari berjualan mainan “baheula” ini. Otok-otoknya ia dapatkan dari daerah Menes. Setiap hari pula ia memulai berjualan dengan menaiki angkot menuju kota Pandeglang, untuk kemudian berjalan menyusuri jalan protocol, kembali kearah Cipeucang sambil menjajakan mainan itu.
Bagi anak-anak zaman dahulu pasti mengenal permainan yang dirangkai dari kayu sedemikian rupa agar menghasilkan bunyi “tok..tok..tok.” Saat main menghasilkan bunyi itulah, biasanya anak-anak merasa riang.
Mainan otok-otok ini memang cukup sederhana. Bentuk mainan ini bergagang panjang. Sementara sekitaran pusat bunyi dipasangi roda. Cara memainkannya dengan mendorong roda itu. tak ubahnya memainkan mobil-mobilan. Dari sanalah, saat didorong, muncul bunyi tok…tok…tok…
Otok-otok ada juga yang dimodifikasi. Salah satu modifikasi yang terkenal berbentuk kapal air. Otok-otok kapal laut ini tersebar ke berbagai daerah. Hanya diletakkan di atas air, otok-otok kapal berjalan dengan sendirinya serta menghasilkan bunyi tok…tok…tok…*(kar)